Ketahuilah, Allah Taโala tidak membutuhkan amal ibadah kita. Allah Taโalamemerintahkan kita untuk menyembah-Nya, namun bukan karena Ia butuh untuk disembah. Allah berfirmanููู ูุง ุฎูููููุชู ุงููุฌูููู ููุงููุฅูููุณู ุฅููููุง ููููุนูุจูุฏูููู ู ูุง ุฃูุฑููุฏู ู ูููููู ู ู ููู ุฑูุฒููู ููู ูุง ุฃูุฑููุฏู ุฃููู ููุทูุนูู ูููู ุฅูููู ุงูููููู ูููู ุงูุฑููุฒููุงูู ุฐูู ุงูููููููุฉู ุงููู ูุชููููโAku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku saja. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokohโ QS. Adz Dzariat 56-58Kita beribadah atau tidak, kita melakukan amal kebaikan atau tidak, kita taat atau ingkar, kita maksiat atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada keagungan Allah Taโala. Andai seluruh manusia beriman dan bertaqwa, keagungan Allah tetap pada kesempurnaan-Nya. Andai semua manusia kafir dan ingkar kepada Allah, sama sekali tidak mengurangi kekuasaan-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirmanูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃุชูู ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ ู ููู . ู ุง ุฒุงุฏ ุฐูู ูู ู ููู ุดูุฆุง . ูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู . ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃูุฌุฑ ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ . ู ุง ููุต ุฐูู ู ู ู ููู ุดูุฆุงโWahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Kuโ HR. Muslim, Allah Taโala tidak butuh terhadap ibadah kita. Lalu untuk apa kita berlelah-lelah, menghabiskan banyak waktu untuk beramal dan beribadah? Karena kita yang butuh untuk itu. Allah Taโala berfirmanุฅููู ุฃูุญูุณูููุชูู ู ุฃูุญูุณูููุชูู ู ููุฃูููููุณูููู ู ููุฅููู ุฃูุณูุฃูุชูู ู ููููููุงโJika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiriโ QS. Al Isra 7ููู ููู ููุดูููุฑู ููุฅููููู ูุง ููุดูููุฑู ููููููุณูููโDan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiriโ QS. Luqman 12.Maka apa lagi alasan untuk enggan dan malas beribadah dan beramal? Bukankah itu untuk kita sendiri?sumber
Halkeempat untuk mengetahui apakah Allah ridha dengan kita, adalah dengan melihat bagaimana masyarakat memperlakukan kita. Jika masyarakat mencintai, menghormati dan mengakui kita sebagai orang yang baik dan tulus, itu pertanda bahwa Allah cinta dan ridha dengan kita. Nabi Suci Muhammad saw. bersabda, โSesungguhnya Allah Taโala jika loading...Pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan Jawa Barat, Al-Habib Quraisy Baharun. Foto/Istimewa Ketahuilah, Allah Ta'ala tidak membutuhkan amal ibadah kita. Allah Ta'ala memerintahkan manusia untuk menyembah-Nya, bukan karena DIA butuh untuk disembah. Tetapi manusialah yang butuh kepada Allah sebagaimana firman-Nyaููุง ุฃููููููุง ุงููููุงุณู ุฃูููุชูู ู ุงููููููุฑูุงุกู ุฅูููู ุงูููููู ููุงูููููู ูููู ุงููุบูููููู ุงููุญูู ููุฏู"Hai manusia, kamulah yang sangat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu lagi Maha Terpuji." QS. Fathir 15. Baca Juga Menurut Pengasuh Ponpes Ash-Shidqu Kuningan Jawa Barat, Al-Habib Quraisy Baharun , andai semua manusia kafir dan ingkar kepada Allah, sama sekali tidak mengurangi kekuasaan dan kemulian-Nya. Allah Ta'ala berfirmanููู ูุง ุฎูููููุชู ุงููุฌูููู ููุงููุฅูููุณู ุฅููููุง ููููุนูุจูุฏูููู ู ูุง ุฃูุฑููุฏู ู ูููููู ู ู ููู ุฑูุฒููู ููู ูุง ุฃูุฑููุฏู ุฃููู ููุทูุนูู ูููู ุฅูููู ุงูููููู ูููู ุงูุฑููุฒููุงูู ุฐูู ุงูููููููุฉู ุงููู ูุชูููู"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku saja. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh". QS. Adz Dzariat 56-58 Baca Juga "Kita beribadah atau tidak, kita melakukan amal kebaikan atau tidak. Kita taat atau ingkar, kita maksiat atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada keagungan Allah Ta'ala. Andai seluruh manusia beriman dan bertakwa, keagungan Allah tetap pada kesempurnaan-Nya," terang Habib Quraisy . Baca Juga Dalam sebuah Hadis Qudsi , Allah berfirmanูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃุชูู ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ ู ููู . ู ุง ุฒุงุฏ ุฐูู ูู ู ููู ุดูุฆุง . ูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู . ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃูุฌุฑ ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ . ู ุง ููุต ุฐูู ู ู ู ููู ุดูุฆุง"Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Ku". HR. Muslim, No. 2577 Baca Juga Demikianlah Allah Ta'ala tidak butuh terhadap ibadah kita. Namun kitalah yang butuh untuk itu. Allah Taโala berfirmanุฅููู ุฃูุญูุณูููุชูู ู ุฃูุญูุณูููุชูู ู ููุฃูููููุณูููู ู ููุฅููู ุฃูุณูุฃูุชูู ู ููููููุง"Jika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiri". QS. Al Isra 7ููู ููู ููุดูููุฑู ููุฅููููู ูุง ููุดูููุฑู ููููููุณููู"Dan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri". QS. Luqman 12.Karena itu, apalagi alasan kita untuk enggan dan malas beribadah dan beramal? Bukankah itu untuk kita sendiri? Semoga tausiyah singkat ini bermanfaat dan menjadi penyemangat kita untuk beramal saleh. Baca Juga Wallahu Ta'ala A'lamrhsNasini menunjukkan kepada kita bahwa panggilan kita sebagai murid-murid Tuhan berkaitan erat dengan rencana Allah yang telah dan terus Dia wujudkan sejak era Perjanjian Lama, bahkan sejak "pada mulanya." Kita juga perlu memahami nubuat-nubuat yang mendasari karya-Nya. Langkah ini bukan sekadar tindakan intelek.
9 FOLLOW untuk mengikuti artikel-artikel mencerahkan Follow Us Mengapa dalam nalar-keimanan kita terpatri pemahaman bahwa praktik-praktik ibadah dilakukan karena perintah Allah dan dimaksudkan untuk menyembah-Nya? Itu terjadi, karena mispersepsi terhadap firman-firman Allah yang secara literal kurang lebih mengungkapkan demikian. Sehingga, problematika itu menjadi bagian integral dari terbentuknya nalar-keimanan yang rancu. Praktik-praktik peribadatan yang selama ini kita lakukan, seperti puasa, salat, zakat, haji, masih terkonstruksi dalam pengertian bahwa itu semua dilakukan karena perintah Allah dan untuk menyembah-Nya. Tak sedikitpun terbersit dalam nalar-keimanan kita bahwa, Allah sebagai Zat Mahakuasa tidak membutuhkan ibadah dan sesembahan apapun. Bagaimana mungkin Zat Yangmahakuasa meminta sesuatu dari ciptaan-Nya? Berkebalikan dari itu, justru banyak sinyalemen yang memberi pertanda bahwa semua ibadah dalam doktrin Islam berdimensi kemanusiaan antroposentrisme, bukan berdimensi ketuhanan/teosentrisme Arkoun, 1993. LIKE untuk mengikuti artikel-artikel mencerahkan Sebab itu, peribadatan dalam Islam tidak ditujukan untuk menciptakan muslim yang saleh secara ritual dan saleh terhadap Allah an sich. Peribadatan seharusnya dilakukan seorang untuk menghasilkan kesalehan privat dan sosial, karena demikian itulah substansi peribadatan yang dimaksudkan dan diperintahkan Allah. Peribadatan yang berdimensi antroposentris memiliki arti bahwa semua peribadatan tidak satupun dimaksudkan untuk menyembah Allah, apalagi dengan pemahaman bahwa Allah mempunyai kepentingan terhadap ibadah tersebut. Dimensi antroposentrisme ibadah, hanya dimaksudkan untuk kepentingan umat manusia semata, supaya mereka mendapat ketenangan setelah keruhnya kehidupan dunia. Sebaik-baiknya implementasi ibadah juga harus tertransformasi kepada dimensi sosial yang lain. Jadi, ibadah tidak hanya untuk kepentingan privat-antroposentris, melainkan juga untuk kepentingan sosial-antroposentris. Problematika Teks Mengapa dalam nalar-keimanan kita terpatri pemahaman bahwa praktik-praktik ibadah dilakukan karena perintah Allah dan dimaksudkan untuk menyembah-Nya? Itu terjadi, karena mispersepsi terhadap firman-firman Allah yang secara literal kurang lebih mengungkapkan demikian. Sehingga, problematika itu menjadi bagian integral dari terbentuknya nalar-keimanan yang rancu. Banyak sekali firman-firman Allah yang dimispersepsi sehingga dampaknya tidak dirasakan secara substansial dalam dimensi antroposentris. Misalnya firman-firman Allah seperti โtidak Ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah-Ku 5156, atau โmanusia harus menyembah Allah yang telah menciptakannya dan manusia-manusia sebelumnya supaya ia bertakwa 221, atau โsembahlah Allah, sekali-kali tak ada tuhan selain-Nya 759. Hadis Qudsi yang mengungkapkan tujuan diciptakan manusia adalah untuk mengonfirmasi eksistensi Allah, juga turut mengesankan seakan-akan Allah memang ingin disembah. Ibrahim Madkour, dalam catatan Boisard pernah mengutip hadis qudsi itu โAku ini dulunya sebagai suatu harta simpanan yang tak diketahui, kemudian Aku ingin agar dikenal.โ Untuk maksud itu, Allah menciptakan manusia, maka manusia mengetahui-Nya Boisard, 1980 Sesungguhnya teks-teks itu tidak problematis. Problematika terjadi akibat mispersepsi terhadap teks-teks itu. Apa dampak mispersepsi dari teks-teks itu? Salah satu hal fundamental yang dampaknya dirasakan secara langsung dalam kehidupan kita adalah anggapan bahwa ibadah dilakukan karena perintah Allah dan untuk menyembah-Nya. Dalam dataran itulah, ibadah hanya berdimensi teosentrisme. Padahal, tujuan fundamental ibadah supaya manusia mendapat ketentraman bagi dirinya privat-antroposentris dan bagi orang lain di sekelilingnya sosial-antroposentris. Konfirmasi Teks Di balik perintah Allah agar menusia beribadah untuk menyembah-Nya, sesungguhnya tersirat penekanan bahwa ibadah sesungguhnya untuk umat manusia itu sendiri. Firman-firman Allah yang memerintahkan supaya kaum muslim beribadah, adalah firman yang berfungsi sebagai konfirmasi bahwa kaum muslim sesungguhnya membutuhkan dimensi spiritualitas dan religiositas dalam kehidupan. Semua itu hanya akan ditemukan dengan cara menyembah Allah sebagai harapan kehidupan yang lebih baik di dunia maupun setelah dunia. Jadi, kata perintah amar yang menyatakan Allah meminta kaum muslim menyembah-Nya, tidak berarti Allah memerintah Ia disembah, melainkan mengonfirmasi bahwa kesadaran untuk menyembah Allah akan menguntungkan. Dari pemahaman itu, sesungguhnya sangat merugilah mereka yang tidak menyembah Allah. Menyembah Allah, tidak berarti sesembahan itu untuk Allah, melainkan demi kepentingan kaum umat manusia itu sendiri Wahid, 1997. Ini senada dengan tujuan fundamental ibadah dalam doktrin Islam. Keadilan Allah, justru terletak pada saat Ia tidak membutuhkan ibadah dari ciptaan-Nya. Cukuplah setiap perintah ibadah untuk kepentingan umat itu sendiri. Dengan demikian, kesadaran untuk beribadah bukan lagi karena โpaksaanโ perintah Allah tapi datang dari dorongan internal kita. Pemahaman bahwa ibadah untuk umat manusia itu sendiri, akan menimbulkan spirit dan rangsangan untuk lebih banyak lagi beribadah. Dengan demikian, kita diharapkan akan menemukan kedamaian privat dan memiliki etos transformasi sosial. Di situ juga tersirat pesan bahwa kita tidak bisa hanya berharap dari kerja-keras dan penalaran kita saja agar hidup ini lebih tentram. Dengan adanya kesadaran beribadah seperti itu, sesungguhnya terletak pengandaian bahwa setiap manusia membutuhkan harapan-harapan dan kedamaian dengan menyembah Allah. Jadi, Allah tidak butuh disembah, melainkan kita sendiri yang sesungguhnya butuh menyembah-Nya.
Beribadahkepada Allah swt. merupakan kunci kemuliaan manusia. Ibadah dilakukan dengan niat yang ikhlas, cara yang benar dan tujuannya untuk mencari ridha Allah.Paling tidak, ada enam alasan mengapa kita harus beribadah kepada Allah swt. di antaranya sebagai berikut. 1. Diciptakan memang untuk ibadah, sebagaimana firman AllahSalah satu perintah pertama yang Allah abadikan dalam al-Qurโan adalah perintah untuk menunaikan ibadah, coba kita buka kembali lembaran-lembaran Qurโanul Karim di sana kita akan menemukan Allah Subhanahu wa Taโala berfirman dalam ayat 21 ููุง ุฃููููููุง ุงููููุงุณู ุงุนูุจูุฏููุง ุฑูุจููููู ู ุงูููุฐูู ุฎูููููููู ู ููุงูููุฐูููู ู ููู ููุจูููููู ู ููุนููููููู ู ุชูุชููููููู โWahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwaโ Walaupun Allah memerintahkan manusia untuk beribadah dan menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Itu bukan berarti bahwa Allah membutuhkan ibadah hamba-Nya. Namun melainkan, karena manusia lah yang butuh terhadap ibadah yang Allah perintahkan. Manusia yang Butuh kepada Allah Diperkuat dengan sebuah Hadis Qudsi, Allah Subhanahu wa Taโala berfirman ูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃุชูู ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ ู ููู . ู ุง ุฒุงุฏ ุฐูู ูู ู ููู ุดูุฆุง . ูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู . ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃูุฌุฑ ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ . ู ุง ููุต ุฐูู ู ู ู ููู ุดูุฆุง โWahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan. Seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari awal penciptaan sampai akhir penciptaan. Seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Kuโ HR. Muslim, Dari hadis Qudsi ini kita bisa memahami bahwa, walaupun semua manusia dan jin pun memiliki akhlak yang baik, ibadahnya luar biasa rajin, ataupun mereka memiliki level ketaqwaan yang paling tinggi. Itu semua tidak akan menguntungkan sama sekali bagi Allah. Begitu juga walaupun semua makhluk hidup yang ada di permukaan bumi ini, mereka tidak pernah beribadah, selalu membuat kerusakan di muka bumi ini, membuat permusuhan dan kebencian, ataupun memiliki level kejahatan/kedzaliman paling tinggi. Maka itu tidak akan merugikan Allah sedikitpun. Bahkan jikalaupun kita meminta apapun kepada Allah, baik harta kekayaan, prestasi yang menjulang, jabatan yang terhormat, ataupun keturunan yang banyak. Itu semua hanya diumpamakan seperti mengambil air laut dengan jarum, kemudian diangkat. Ibadah Untuk diri Kita Sendiri Maka timbul pertanyaan โJadi sebenarnya untuk apa kita beribadah?โ. Dikutip dari Mohammed Arkoun, seorang filsuf Islam modern dari Aljazair berpendapat dalam bukunya Nalar Islami Nalar Modern 1994; Ibadah yang Allah perintahkan tidak ditujukan untuk menciptakan Muslim yang saleh secara ritual dan saleh terhadap Allah Swt semata. Baginya, peribadatan seharusnya dilakukan seorang untuk menghasilkan kesalehan privat dan sosial, karena demikian itulah substansi peribadatan yang dimaksudkan dan diperintahkan Allah Swt. Dalam artian yang sama beribadah sebenarnya untuk kebutuhan dirinya sendiri, bukan untuk Allah. Semua itu ternyata diperkuat dengan Firman Allah Swt ููู ูุง ุฎูููููุชู ุงููุฌูููู ููุงููุฅูููุณู ุฅููููุง ููููุนูุจูุฏูููู ู ูุง ุฃูุฑููุฏู ู ูููููู ู ู ููู ุฑูุฒููู ููู ูุง ุฃูุฑููุฏู ุฃููู ููุทูุนูู ูููู ุฅูููู ุงูููููู ูููู ุงูุฑููุฒููุงูู ุฐูู ุงูููููููุฉู ุงููู ูุชูููู โAku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku saja. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokohโ QS. Adz Dzariat 56-58 Dari sini kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa Allah tidak butuh ibadah kita melainkan sebaliknya, kitalah yang butuh! Ibadah itu ibarat makan, kita makan agar mendapatkan energi, membantu pertumbuhan jasmani. Begitu juga dengan ibadah, kita beribadah agar mendapatkan ketentraman dan kedamaian rohani, dan juga agar semakin menumbuhkan rasa ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Taโala. Semoga kita tetap senantiasa istiqamah dalam beribadah, menjadikan ibadah sebagai kebutuhan sehingga melahirkan berbagai kebaikkan. Aamiin. Editor An-Najmi Fikri R 3Sebagai Saksi Amal di Hadapan dari Allah. Ibadah qurban mendapatkan ganjaran yang berlipat dari Allah SWT, dalam sebuah hadits disebutkan, โ Pada setiap lembar bulunya itu kita memperoleh satu kabaikan. โ (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Juga kelak pada hari akhir nanti, hewan yang kita qurbankan akan menjadi saksi. Beribadah kepada Allah Swt. adalah perbuatan yang dihasilkan oleh pengenalan tentang- Nya. Artinya, manusia menyaksikan lembaran keindahan alam berikut berbagai petunjuk sistemnya. Demikianlah, manusia beralih dari sistem menuju Pembuat sistem. Barang siapa memperhatikan alam ini secara cermat dan teliti, ia melihat bahwa tidak ada satu pun yang siasia, tidak teratur, atau tidak memiliki tujuan. Karena itu, ia sadar bahwa ia pun harus bergerak dalam koridor sistem itu. Begitu pula jika ia melihat alam ini dari sudut keindahan, ia pasti melihat keindahan yang menakjubkan dan luar biasa tak terkira, mulai dari keindahan wajah manusia hingga keindahan bumi, langit, dan bintang-gemintang. Di hadapan keindahan menakjubkan yang memikat manusia dan menyihir kalbunya itu, tak mungkin ia tidak menyadari keberadaan Pemilik seluruh wujud dan keindahan itu. Pengamatan terhadap jagat raya ataupun terhadap diri sendiri akan membuat jiwa manusia bergelora, gembira, dan terkesan tak ubahnya anak kecil yang melompat dan berteriak kegirangan, setiap kali melihat nama-Nya yang indah bersinar ibarat kupu-kupu yang terang di atas karya, kreasi, dan ketentuan-Nya yang indah. Manusia pasti merasa takjub dan kagum akan sifat-sifat yang merupakan sumber segala kebaikan dan keindahan. Di hadapan Pemilik seluruh wujud, manusia nyaris kehilangan kesadaran karena kagum dan terpesona. Dari sisi lain, segala sesuatu di alam tampak telah dipersiapkan dan dirancang di tempat lain kemudian dihidangkan untuk melayani manusia. Ya, beragam nikmat dipersembahkan untuk manusia dalam kotak-kotak yang terpelihara atau dalam bentuk buah sehingga bumi laksana hidangan yang penuh dengan beragam santapan. Ketika manusia mengulurkan tangan untuk mengambil nikmat itu, ia merasakan keberadaan Sang Pemilik Hakiki. Dari perasaan tadi, ia pun menjadi kagum dan terpesona serta menemukan kenikmatan lain. Seandainya bayi mengerti saat ia mengisap puting ibunyaโsebagai sumber rahmat untuknya, tentu ia akan merasa bahwa makanan yang sangat bermanfaat untuknya itu seolah-olah dipersembahkan baginya dari alam lain. Ia juga akan merasa bahwa di balik seluruh kejadian ini terdapat Sang Pemberi nikmat dan rezeki Yang Mahamulia. Ketika itu, ia akan menundukkan kepala karena hormat kepada-Nya. Ya. Setiap nikmat dan karunia menunjukkan Sang Pemilik nikmat dan karunia sekaligus mendorong manusia untuk menghormati-Nya. Di mana pun kita menyaksikan nikmat, keindahan, dan keteraturan, harus ada penyembahan kepada Sang Pemilik nikmat, keindahan, dan keteraturan. Dengan kata lain, ketika Allah membuat kita merasakan keberadaan-Nya, kita harus segera membalas dengan penyembahan dan pengabdian kepada-Nya. Beranjak dari hal ini, kaum Muktazilah dan Maturidiah berpendapat tentang ketundukan manusia bahwa kalaupun tidak dikirim seorang nabi atau tidak ada orang yang membimbing manusia menuju Allah, ayat-ayat dan berbagai petunjuk yang menghiasi alam ini sudah cukup untuk mengantarkan manusia kepada Allah, sehingga manusia diharuskan mengenal Allah dan bersikap sesuai dengan konsekuensi pengenalan itu. Ada beberapa contoh yang bisa diberikan untuk menjelaskan pandangan kaum Maturidiah. Misalnya, kita melihat bahwa sejumlah orang yang hidup semasa dengan Rasul saw., meskipun berada di dekat Kaโbah yang ketika itu dipenuhi patung dan berhala serta meskipun tidak ada orang yang mengajarkan hakikat tauhid kepada mereka, memiliki perasaan sebagaimana seorang badui berujar, โKotoran unta menunjukkan keberadaan unta. Jejak kaki menunjukkan perjalanan. Bumi yang dipenuhi jalan dan langit yang dipenuhi bintang, bukankah itu menunjukkan keberadaan Sang Mahahalus dan Maha Mengetahui?โ Begitulah ucapan orang badui yang di padang pasir hanya melihat pasir dan kerikil. Lalu, bagaimana dengan orang lain?! Rasul saw. datang dengan membawa pemahaman yang mulia untuk menyelamatkan umat manusia. Boleh dibilang, beliau adalah manusia di atas manusia. Beliau telah sampai kepada makna hakiki alam ini sebelum menjadi nabi. Ia telah merasakan keberadaan Allah serta mulai mencari, berpikir, dan beribadah di gua Hira. Dalam sebuah riwayat Shahรฎh al-Bukhรขri, ibunda kita, Khadijah menerangkan bahwa Rasul saw. selalu beribadah di gua Hira dan bahwa beliau hanya kembali ke Mekah untuk mengambil bekal. Ini menunjukkan bahwa manusia dengan pengetahuannya dapat menyingkap beberapa hal dan selanjutnya berbagai bentuk ibadah kepada Allah Swt. Apa yang dikatakan oleh Zaid ibn Amru menjelang wafatnya layak untuk direnungkan. Zaid adalah paman Umar ibn Khattab Sesaat sebelum meninggal dunia, ia memanggil semua anggota keluarganya dan mengumpulkan mereka di sekitarnya. Ia kemudian memberitahu mereka sifat-sifat nabi yang dinantikan sebagaimana diketahuinya, sedangkan ia sendiri tidak ditakdirkan untuk berjumpa dengan Rasul saw. Dengan kata lain, ia menunggang kudanya hingga ke pantai tetapi tidak sempat menaiki bahtera Islam. Meski demikian, dengan segenap jiwanya ia bisa merasakan kehadiran Rasul saw. dan hakikat ajaran beliau dengan seluruh anggota tubuhnya. Namun, ia tidak bisa menyebutkan sebuah nama atas apa yang ia rasakan. Ia mengatakan sesuatu yang maknanya kurang lebih sebagai berikut โAda cahaya Ilahi yang tampak di cakrawala. Aku yakin, ia pasti akan datang. Aku bagaikan melihat jejaknya.โ Ia lalu menghadap kepada Tuhan dan berkata, โWahai Sang Pencipta Yang Mahaagung, aku tidak mengenal-Mu secara sempurna. Seandainya aku mengenal- Mu, tentu Aku menyembah-Mu secara benar. Akan kuletakkan keningku di tanah hingga Hari Kiamat di hadapan keagungan-Mu.โ Demikianlah tampak bahwa jiwa yang bersih, seandainya tidak tinggal dalam komunitas paganis, tentu akan sampai lewat perenungan terhadap alam dan keteraturannya kepada pelaksanaan tugas penyembahan kepada Allah Swt. Jadi, setelah mengenal Allah Swt. penyembahan kepada-Nya segera dimulai. Ya. Selama ada Zat yang memberikan berbagai kenikmatan kepada kita, penyembahan pun ada. Karena itu, Allah Swt. telah menetapkan dalam fitrah manusia dan kalbu manusia sebuah perasaan untuk mengabdi dan beribadah. Atau, sebagaimana dikatakan Zaid, โAkan kuletakkan keningku di tanah hingga Hari Kiamat di hadapan keagungan-Mu.โ Wahyu langitlah yang bisa menjelaskan bentuk ibadah yang benar tanpa penyimpangan melainkan pelestariannya dalam koridor perintah Ilahi. Seolah-olah Allah Swt. berkata, โAku adalah Allah dan engkau adalah hamba-Ku. Kenalilah Aku lewat berbagai nikmat yang Kuberikan kepadamu, Aku akan mengajarimu adab ibadah yang bisa kaupersembahkan untuk-Ku.โ Pertama-tama, engkau berwudu. Lalu, agar engkau bisa melawan nafsumu, ingatlah bahwa Allah Swt. adalah Zat Yang Mahabesar sementara semua selain-Nya adalah kecil dan lemah. Lalu, letakkanlah tanganmu di depanmu sebagai tanda ketundukan. Selanjutnya, berusahalah untuk menghayati ibadahmu semaksimal mungkin. Tunjukkanlah bahwa dirimu ingin mencapai ketingggian jiwa menuju tempat para nabi yang mulia. Kemudian, rukuklah seraya bersyukur. Ketika engkau membungkuk dalam rukuk, engkau sampai kepada dimensi lain. Setelah itu, engkau berpindah kepada sujud guna mencapai tingkat ketawadukan yang dalam. Lalu, engkau bangkit untuk kembali sujud sehingga engkau bisa banyak berdoa, karena saat terdekat antara hamba dan Tuhannya adalah ketika si hamba bersujud. Tatkala bersujud, ingatlah firman Allah Swt. โDan perubahan gerak badanmu bersama orang-orang yang bersujud.โ[1] Yakni, Dia melihat keberadaanmu di antara orang-orang yang bersujud. Kadar keselarasan dan kemampuanmu untuk berada dalam suasana sujud menentukan tingkat kemuliaanmu dalam derajat mikraj yang menjadi tujuan salat. Jadi, ibadah adalah iman kepada Allah dan pengenalan akan sifat-sifat-Nya, lalu melaksanakan apa yang menjadi implikasi pengenalan itu dengan penuh ketundukan dan penghormatan lewat petunjuk-Nya dan sesuai dengan perintah-Nya. Dengan uraian ini, aku telah menjelaskan salah satu aspek persoalan di atas. Artinya, ketika kita mengenal Allah Swt., kita tidak boleh bersikap gegabah dan berbuat sesuatu yang tidak pantas, tetapi kita sepatutnya mengikuti cahaya yang dipancarkan Nabi saw. dalam naungan petunjuk ayat-ayat yang jelas serta senantiasa mencari rida Ilahi. Apabila kita mengamati persoalan kedua, kita melihat bahwa dalam semua bidang, perdagangan, pengetahuan, seni, pertanian, ataupun industri, manusia selalu membutuhkan pembimbing dan perlu banyak belajar. Setiap kalian, misalnya, memiliki pekerjaan. Ada yang memiliki pabrik tenun, ada yang memproduksi plastik, serta ada yang mengadakan pameran barang. Lalu, ada orang yang ingin membantu kita agar tidak tertipu. Karena ia mengetahui prinsip dan teori dagang, ia ingin agar kita menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Karena itu, ia berdiri di depan kita seraya berkata, โKalian harus bisa melaksanakan pekerjaan ini, sebab pekerjaan ini sangat penting dan dibutuhkan. Namun, agar kalian bisa menunaikannya secara baik, kalian harus mempekerjakan orang dan mempergunakan modal secara tepat, serta berhemat dan tidak boros. Kalian juga harus memperhatikan ini dan itu.โ Sekarang, jika kita jujur, tentu kita akan memperhatikan ucapan orang itu yang tidak mendapatkan manfaat apa pun dari petunjuk yang ia berikan. Kita pasti memperhatikan semua nasihatnya dan mencermati semua penjelasannya secara tekun, lalu kita mengelola urusan kita sesuai dengan petunjuknya. Seperti itu pulalah, dalam beribadah dan taat kepada Allah, kita tidak berbuat semau dan sesuka kita, tetapi sesuai dengan aturan, bentuk, dan tata cara yang ditunjuki oleh Tuhan Pencipta kita. Dengan demikian, terwujudlah keberkahan dalam ibadah kita sehingga Ibadah itu menjadi seperti satu bulir yang menumbuhkan tujuh bulir. Bisa jadi ketika mengucapkan, โAllahu Akbarโ, kita menyentuh tombol sehingga pintu rahmat Ilahi terbuka di hadapan kita. Bisa jadi saat itu terbukalah di hadapan jiwa kita berbagai pintu ilham. Bisa jadi, ketika membaca surat al-Fรขtihah, kita mempergunakan kunci rahasia untuk membuka gembok bergigi rahasia. Juga, siapa tahu, pada setiap rukun salat yang kita lakukan, pintu-pintu rahasia terbuka di hadapan kita. Ya. Kita bisa mengatakan bahwa seluruh jalan menjadi teratur dan seluruh pintu terbuka saat kita bersujud. Doa-doa kita akan naik menuju hadirat Ilahi dan akan diliputi oleh para malaikat yang mulia. Siapa yang dapat menyangkal semua itu? Sang pembawa berita yang jujur telah memberitahu kita semua itu lewat penjelasannya yang mendalam dan bercahaya. Jadi, bentuk ibadah terbaik adalah bentuk ibadah yang diperkenalkan Tuhan kepada kita, karena Allah Swt. yang menciptakan mesin manusia tentu lebih mengetahui cara mesin tersebut bekerja. Dia lebih mengetahui bagaimana mendapatkan buah terbaik darinya, entah dalam kehidupan dunia ataupun akhirat. Pencipta mesin tentu menyiapkan pula cara kerjanya. Cara kerja itu haruslah diperhatikan bila mesin hendak dipergunakan secara tepat. Dengan demikian, ibadah tidak bisa dikerjakan sesuka hati, tetapi harus sesuai dengan petunjuk dan arahan Rasul saw. Ketika itulah ibadah terwujud dalam bentuknya yang terbaik. Ini adalah salah satu nikmat yang Allah berikan kepada umat Nabi Muhammad saw. Karena itu, kita katakan ini sebagai karunia Tuhan. Kita berdoa kepada Allah Swt. dengan doa Rasul saw. serta memohon kepada-Nya agar Dia tidak membiarkan kita sendiri sekejap pun. [1] al-Syuโarรขโ 219. Akidah ibadah, muamalah, dan akhlak. Saya tidak sedang memberi tulisan dengan pendefinisian makna dan bahasa dari judul yang saya buat. Namun dengan mudahnya akidah itu pemikiran menyeluruh tentang kehidupan, manusia, dan alam semesta serta hubungan ketinganya dengan sesuatu sebelum dan sesudah kehidupan, ibadah adalah bentuk penghambaan yang
Ketahuilah, Allah Taโala tidak membutuhkan amal ibadah kita. Allah Taโala memerintahkan kita untuk menyembah-Nya, namun bukan karena Ia butuh untuk disembah. Allah berfirmanููู ูุง ุฎูููููุชู ุงููุฌูููู ููุงููุฅูููุณู ุฅููููุง ููููุนูุจูุฏูููู ู ูุง ุฃูุฑููุฏู ู ูููููู ู ู ููู ุฑูุฒููู ููู ูุง ุฃูุฑููุฏู ุฃููู ููุทูุนูู ูููู ุฅูููู ุงูููููู ูููู ุงูุฑููุฒููุงูู ุฐูู ุงูููููููุฉู ุงููู ูุชููููโAku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku saja. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezeki Yang mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokohโ QS. Adz Dzariat 56-58Kita beribadah atau tidak, kita melakukan amal kebaikan atau tidak, kita taat atau ingkar, kita maksiat atau tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada keagungan Allah Taโala. Andai seluruh manusia beriman dan bertaqwa, keagungan Allah tetap pada kesempurnaan-Nya. Andai semua manusia kafir dan ingkar kepada Allah, sama sekali tidak mengurangi kekuasaan-Nya. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirmanูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃุชูู ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ ู ููู . ู ุง ุฒุงุฏ ุฐูู ูู ู ููู ุดูุฆุง . ูุง ุนุจุงุฏู ! ูู ุฃู ุฃูููู ูุขุฎุฑูู . ูุฅูุณูู ูุฌููู . ูุงููุง ุนูู ุฃูุฌุฑ ููุจ ุฑุฌู ูุงุญุฏ . ู ุง ููุต ุฐูู ู ู ู ููู ุดูุฆุงโWahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal samapi yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bertaqwa, hal itu sedikitpun tidak menambah kekuasaan-Ku. Wahai hamba-Ku, andai seluruh manusia dan jin dari yang paling awal sampai yang paling akhir, seluruhnya menjadi orang yang paling bermaksiat, hal itu sedikitpun tidak mengurangi kekuasaan-Kuโ HR. Muslim, Allah Taโala tidak butuh terhadap ibadah kita. Lalu untuk apa kita berlelah-lelah, menghabiskan banyak waktu untuk beramal dan beribadah? Karena kita yang butuh untuk itu. Allah Taโala berfirmanุฅููู ุฃูุญูุณูููุชูู ู ุฃูุญูุณูููุชูู ู ููุฃูููููุณูููู ู ููุฅููู ุฃูุณูุฃูุชูู ู ููููููุงโJika kamu berbuat baik, kebaikan itu bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu sendiriโ QS. Al Isra 7ููู ููู ููุดูููุฑู ููุฅููููู ูุง ููุดูููุฑู ููููููุณูููโDan barangsiapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiriโ QS. Luqman 7Maka apa lagi alasan untuk enggan dan malas beribadah dan beramal? Bukankah itu untuk kita sendiri?